Senin, 08 April 2013

Gimana Kabar kulitmu?

Boo, lama banget nggak ketemu, udah hampir 1 Bulan ya..” Kataku.
“Iya nih Moo, kangen banget.. akhirnya ketemu juga kita. Eh tapi kok ada yang berubah ya sayang dari kamu?” Singgung cowokku.
“Hah? Emangnya apaan si sayang? Tambah gendut ya?” Kataku cemas.
“Bukan Moo, itu kulit kamu kusam menghitam gitu sih? Perasaan pas terakhir ketemu nggak kayagini deh” Jelas cowokku.

Sontak aku kaget banget dengar pacarku ngomong kayagitu. Dia selalu jujur apa yang dia lihat, otomatis dia nggak bohong masalah kulit aku yang mulai nggak terawat gini. Saat aku pulang dari kencan saat itu, aku langsung masuk kamar dan menatap cermin. Benar kulitku mulai menghitam dan kusam. Aku baru sadar ini semua gara-gara aku terlalu fokus mengerjakan laporan serta tugas-tugas kuliah yang menumpuk tiap harinya, sampai aku lupa merawat kulit aku. Apalagi aku berangkat kuliah menggunakan motor dan jarang memakai jaket. Otomatis paparan sinar matahari langsung terkena kulitku. Padahal perubahan kulit yang umumnya diyakini karena faktor usia, seperti keriput dan mudah iritasi, ternyata juga akibat paparan radiasi  sinar UV matahari yang berkepanjangan. Nah mungkin ini salah satu dampak aku kurang melindungi kulitku dari sinar matahari. Rasanya nggak percaya diri lagi buat ketemu siapa-siapa apalagi pacarku yang dengan sudah mengkomentari kulitku ini. 
Aku pun langsung searching di internet untuk mencari produk-produk yang bisa memecahkan masalah ini. Memang sangat banyak sih, tapi mahal banget dan nggak sesuai sama kantong aku. Apalagi aku juga butuh produk yang bertele-tele banget, pokoknya harus nemu yang bisa melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang mengandung UV, menghambat  penggelapan kulit, dan bisa memutihkan kulitku yang mulai menghitam biar balik lagi seperti dulu. Sempet bingung juga nyari produk yang bertele-tele fungsinya seperti itu. Namun akhirnya setelah aku lama-lama selancar di internet, aku menemukan 1 produk yang cocok banget buat aku. Yap! Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion.
Saat itu juga aku langsung bergegas ke mini market dekat rumah dan membeli Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion. Sesampainya dirumah aku langsung membaca kandungannya, dan ternyata cocok banget sama kulit aku yang sudah tak layak ini. Didalamnya terkandung SPF 15, PA+, Biowhitening Complex dari Yogurt dan Vitamin B3. Ternyata kandungan tadi memiliki masing-masing fungsi yang berbeda. SPF 15 sebagai UV B Protection yang optimal melindungi kulit dari 94% paparan sinar UV matahari, PA+ sebagai UV A Protection yang membantu menghambat proses penggelapan kulit, dan Biowhitening Complex dari Yogurt dan Vitamin B3 yang kaya akan nutrisi, bekerja membantu mencerahkan warna kulit, sehingga tampak lebih putih merata. Wah ternyata selain dapat memutihkan juga dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV matarahari langsung. Pas dan nggak salah aku membeli Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion!.
Setelah seminggu aku pakai Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion, terlihat sedikit perubahan pada kulitku. Kulitku mulai memutih kenyal dan lembut. Aku pun mulai rajin menggunakan Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion dan jadi nggak takut buat pergi-pergi dibawah terik sinar matahari tanpa jaket karena Marina memiliki kandungan SPF 15 yang memberikan perlindungan optimal setiap hari dan membuat aku terlihat lebih cantik. Semoga semakin rajin aku pakai, kulit putih ku kembali seperti semula lagi. Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion memang pilihan terbaik!. Gimana kabar kulit kalian? Ayo deh cobain Marina UV White Extra SPF 15 Hand & Body Lotion, nggak bakalan kecewa deh!. :)

[ Read More.. ]

Minggu, 25 November 2012

SPH #6 : VAGINAL SMEAR


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vaginal smear merupakan salah satu metode untuk mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan vagina. Hasil yang didapatkan dari pengamatan tersebut dapat menentukan fase yang sedang dialami oleh hewan betina yang diuji. Metode ini didasarkan pada kenyataaan bahwa pada saat fase estrus, sel-sel epithel vagina mengalami kornifikasi sebagai akibat dari kadar estrogen yang tinggi. Hewan yang ingin diketahui fase pada siklus estrusnya adalah hewan betina yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Daur atau siklus estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
Banyak hewan yang memiliki daur estrus setahun sekali, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang, harimau, srigala, kucing hutan, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali dalam setahun, disebut polyestrus. Daur ini pada umumnya terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turun-temurun dipelihara, seperti kucing dan anjing. Anjing memiliki daur 2-3 kali setahun, kucing bisa sampai 4 kali. Praktikum kali ini menggunakan mencit (Mus musculus) karena mudah diamati, mudah didapat dan siklus estrusnya hanya berlangsung dalam waktu singkat.
Pembuatan apus mukosa vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel dari masing-masing fase. Metode ini digunakan pada mamalia seperti mencit dan juga pada manusia. Pada manusia metode vagina smear ini sangat bermanfaat untuk mengetahui apakah kondisi vagina jauh dari bakteri atau tidak ketika dilakukan pengambilan lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bantuan mikroskop. Sehingga vaginal smear ini merupakan salah satu metode yang paling mudah untuk mengetahui kondisi kesehatan vagina pada manusia.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat melakukan prosedur pembuatan preparat apus vagina dan dapat menentukan fase dalam siklus estrus berdasarkan hasil vaginal smear.

II.   TINJAUAN PUSTAKA
Vaginal smear adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui fase -fase dalam siklus estrus yang sedang dialami. Metode ini biasanya digunakan pada jenis hewan rodentia seperti mencit. Mencit termasuk dalam hewan poliestrus karena dapat berkali-kali mengalami fase estrus. Pengamatan tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui fase yang sedang dialami oleh hewan yang bersangkutan. Tipe sel yang digunakan untuk mengidentifikasi fase-fase dalam siklus estrus adalah epitel dan leukosit (Soeminto, 2000).
Secara normal pertumbuhan dan pembuahan alat reproduksi merupakan suatu proses yang bertahap dan memerlukan beberapa waktu postnatal sebelum terlihat tanda-tanda birahi pada individu baru. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh hewan penting artinya untuk perkembangan fungsi kelamin pada hewan jantan maupun betina. Estrus terjadi pada hewan betina tidak hamil menurut siklusritmik yang khas. Interval antara timbulnya suatu periode birahi ke permulaan birahi berikutnya dikenal dengan suatu siklus birahi. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina (Toelihere, 1981).
Mencit yang akan diamati siklus estrusnya melalui pembuatan preparat apus vagina adalah mencit yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Vaginal smear menggunakan daerah vagina sebagai daerah identifikasi. Mukosa vagina diambil untuk bahan identifikasi. Sel epitel dan leukosit terdapat dalam mukosa vagina. Identifikasi bentuk sel epitel dan leukosit dapat menunjukkan fase dalam siklus estrus (Storer, 1961).
Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun). Daur atau siklus estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase estrus berbeda dengan siklus estrus. Fase estrus merupakan fase dimana telur diovulasikan dari ovarium ke saluran telur. Fase ini menandakan bahwa individu betina telah masak kelamin. Fase estrus setiap spesies berbeda-beda dan dapat diamati dengan metode vaginal smear, tetapi tidak dapat diamati jika hewan betina tersebut belum masak kelamin dan sedang hamil. (Hafez, 1968).
Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi, ciri khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi, jika hewan menolak kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat terlihat jelas, maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina masih dalam fase estrus yang telah terlewat. Tanda lain dari fase estrus untuk tiap jenis ternak berlainan, tetapi pada umumnya mereka memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantan mendekati (Partodiharjo, 1986).
Siklus estrus ini dikontrol oleh hormon estrogen. Reseptor hormon estrogen tidak hanya di oviduktus, tetapi juga pada hati. Reseptor hormon estrogen pada oviduktus berfungsi untuk mensintesis protein telur. Reseptor hormon  estrogen pada hati berfungsi mensintesis vitelogen (Rugh, 1962).

III.   MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, gelas obyek beserta penutupnya, cotton bud dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum vaginal smear adalah mencit betina (Mus musculus ♀) masak kelamin dan tidak sedang hamil, larutan NaCl 0,9%, larutan alkohol 70%, pewarna methylen blue 1% akuosa dan air kran dengan debit rendah.

B. Metode
1. Gelas obyek dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan udara.
2. Mencit betina diperiksa, dipegang dengan telapak tangan kanan. Ditelentangkan di atas telapak tangan, tengkuk dijepit dengan ibu jari dan telunjuk, ekor dijepit diantara telapak tangan dan jari kelingking.
3. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% dan dimasukkan perlahan-lahan ke dalam vagina mencit sedalam ± 5 mm, diputar searah jarum jam dua hingga tiga kali.
4. Ujung cotton bud tersebut dioleskan pada gelas obyek sebanyak tiga baris olesan dengan arah yang sama (sejajar).
5. Ulasan vagina pada gelas obyek ditetesi pewarna methylen blue 1%, digoyang-goyangkan supaya merata dalam permukan olesan. Dibiarkan selama 5 menit.
6. Gelas obyek tadi dicuci pada air mengalir dengan debit rendah, dikeringkan dengan udara dan kemudian ditutup dengan gelas penutup.
7. Preparat apus vagina yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, baru kemudian dengan perbesaran kuat.
8. Gambaran sel pada preparat dengan standar dibandingkan sehingga diketahui fase hewan uji tersebut dan kemudian difoto.

vaginal smear marmut


IV. PEMBAHASAN
Pengamatan vaginal smear pada mencit betina yang telah dilakukan menunjukkan bahwa marmut tersebut sedang mengalami fase estrus. Fase ini ditandai dengan adanya ephitel terkornifikasi dan lamanya fase estrus pada mencit adalah delapan belas jam. Sel epitel berbentuk oval atau poligonal, sedangkan sel leukosit berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990).
Estrus adalah fase penerimaan seksual betina. Disini betina akan lebih selektivitas terhadap pasangan dan daya tarik meningkat. Fase estrus umum terjadi pada seluruh spesies mamalia, termasuk primata, dan tampaknya fungsional yang dirancang untuk memperoleh indukan dari superior genetik yang berkualitas. Namun, konvensional kebijaksanaan menyatakan bahwa estrus perempuan manusia menjadi hal yang unik dari waktu ke waktu, mungkin untuk lebih menarik para pejantan dalam hubungan jangka panjang. Bertentangan dengan pandangan tadi, baru-baru ini laboratorium berbasis studi menunjukkan bahwa perempuan yang paling dekat titik subur dari siklus mereka (sebelum ovulasi) lebih menarik bagi pejantan, seperti aroma pada betina akan lebih menarik ketika siklus estrus.
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah” (Campbell et al, 2004), hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit. Gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert, 1994).
Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110 kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya (Gilbert, 1994).
Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus (A.Tamyis, 2008).
Metode vaginal smear menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan  leukosit berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990).
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu hormon yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron dan estradiol dalam tubuh dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklus estrus (Khanum et al, 2008).
 Perbedaan siklus estrus dan siklus menstruasi dapat dibedakan secara jelas. Siklus estrus hanya terjadi pada primata saja dan terjadi perubahan secara fisiologi  maupun morfologi pada ovarium, vagina, uterus dan tingkah laku serta pseudomenstruation pada nonprimata adalah disebabkan oleh diapedesis dan sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan menstuasi pada primata. Sedangkan untuk siklus menstruasi hanya terjadi pada primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Terjadi perubahan fisiologi dan morfologi sama dengan yang terjadi pada siklus estrus nonprimata, namun tanpa adanya tingkah laku khusus penerimaan seksual. Serta pada siklus menstruasi terjadi pelepasan endometrium uterus diikuti oleh pendarahan yang disebut menstruasi yang penyebabnya adalah tidak adanya hormon progesterone (Niam, 1995).
Perubahan fisiologi yang utama terjadi pada ovarium dan direflesikan dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah pengaruh hormon ovarium, estrogen dan progesteron. Siklus reproduksi terdiri dari siklus estrus dan siklus menstruasi. Siklus ovarium merupakan ovulasi pada hewan tipe spontan vs induksi siklus endometrium. Sedangkan siklus vagina merupakan adalah bagian dari vaginal smear (Niam, 1995).
Menstruasi merupakan peristiwa pemancaran suatu cairan dari uterus, yang terdiri dari darah, mukosa uterus dan hancuran sel-sel uterus yang secar periodik terjadi pada wanita-wanita yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Biasanya terjadi dengan interval ± 4 minggu atau 28 hari. Apabila tidak terjadi kehamilan sesudah periode estrus pada mamalia tingkat rendah, terjadi juga reduksi tebalnya lapisan mukosa uterus, mengurangnya supali darah kedalamnya, diikuti juga oleh proses pemancaran cairan sebentar sesudahnya (Niam, 1995).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain atau non primata mempunyai siklus estrus (estrous cycle). Kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Siklus menstruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Vaginal smear dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam sediaan apus vagina dan untuk menentukan fase – fase siklus estrus yang terjadi hewan uji.
2. Tipe sel pada fase estrus di siklus estrus hewan mamalia betina yaitu adanya ephitel terkornifikasi.
3. Praktikum vaginal smear untuk kali ini didapatkan fase estrus pada mencit betina yang ditandai dengan adanya epithel terkornifikasi dan terjadi selama 18 jam.

B. Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan apus vagina tidak hanya dilakukan pada mencit saja, tetapi pada mamalia lain yang dapat diujikan dengan metode vaginal smear.
2. Sebaiknya seluruh praktikan satu persatu mencoba pembuatan apus vagina, supaya semua praktikan dapat membuat apus vagina dengan benar.

DAFTAR REFERENSI
Campbell, N. A. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Erlangga, Jakarta
Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc Publisher, Massachusetts.
Hafez, E. S. E. 1968. Reproduction in Farm Animals. Lea & Febiger, Philadelphia.
Imron, A. Tamyis Ali. 2008. Estrus. http://cyber-biology.blogspot.com/2008/06/ estrus-laporan-praktikum-biologi.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2012.
Khanum, S. A. et al. 2008. Progesterone and Estradiol During Estrous Cycle and Gestation in Dwarf Goats. NIAB, Faisalabad-Pakistan.
Miller, Geoffrey. 2007. Ovulatory cycle effects on tip earnings by lap dancers: economic evidence for human estrus. Department of Psychology, University of New Mexico, USA
Nalbandov, A. V. 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Niam, B. 1995. Diktat Kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan II. Unsoed, Purwokerto.
Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Rugh, R. 1962 Experimental Emrbryology. Burger Publishing Company, Minnesota.
Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Unsoed, Purwokerto.
Storer, T.I. 1961. Element of Zoology. Mc Graw-Hill Book Company Inc., New York.
Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

Mau download versi wordnya? mau banget?
Click di sini untuk Download Vaginal Smear versi word



[ Read More.. ]

SPH #5 : ANATOMI MARMUT (Cavia porcellus)


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamalia merupakan kelompok tertinggi dalam dunia hewan. Salah satu contoh hewan mamalia adalah marmut (Cavia porcellus). Tubuh marmut hampir semuanya tertutup oleh rambut pada kulitnya. Cavia porcellus merupakam anggota mamalia yang berordo rodentia, yaitu ordo hewan pengerat. Hewan ini mempunyai kaki depan yang berjari lima, kaki belakang dengan empat jari dan bercakar, namun tidak memiliki taring. Cavia porcellus mempunyai badan pendek, kuat, dan bertelinga pendek.
Marmut merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh manusia serta dapat digunakan sebagai bahan makanan karena mengandung protein hewani yang berguna bagi pertumbuhan tubuh. Marmut mempunyai glandula mammae yang menghasilkan air susu yang diberikan kepada anak-anaknya. Masa mengandungnya cukup lama yaitu sembilan minggu. Hewan ini paling banyak makan sayur-sayuran tetapi ada juga yang makan rumput. Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak terpengaruh lingkungan luar (homoitermis) karena didukung oleh rambut yang tumbuh diseluruh tubuhnya. 
Klasifikasi Cavia porcellus menurut Storer and Usinger (1961) adalah sebagai berikut :

Marmut digunakan dalam praktikum kali ini karena mudah didapatkan dan secara ekonomis relatif murah. Marmut merupakan hewan herbivora yaitu hewan pemakan tumbuhan sehingga tidak berbahaya untuk diamati. Cavia pocellus juga mempunyai struktur organ tubuh yang mampu mewakili kelas mamalia.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk melihat Anatomi Marmut (Cavia porcellus).

II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak preparat, gunting, pinset, pisau, dan jarum penusuk.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah seekor Cavia porcellus (Marmut), air kran dan kloroform.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pembedahan, Marmut disembelih terlebih dahulu.
2. Rambut-rambut pada bagian ventral dibasahi agar waktu pembedahan rambut-rambut tersebut tidak beterbangan.
3. Kulit dipotong mulai dari posterior di muka penis atau clitoris menuju ke anterior mengikuti garis medio ventral badan sampai ke ujung mandibulla.
4. Kulit dibuka ke samping sampai otot-otot daerah abdomen dan thorax terlihat.
5. Pembedahan daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal menuju anterior mengikuti garis medan badan kemudian dilanjutkan ke lateral menyusuri diafragma sehingga otot daerah abdomen dapat dikuakkan dan organ-organ yang ada pada rongga abdomen dapat terlihat.
6. Organ-organ yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai keterangan pada gambar yang ada pada diktat praktikum.

III. PEMBAHASAN
Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutupi oleh rambut. Kelenjar mamae dipunyai oleh hewan betina yang tumbuh baik untuk menyusui anaknya. Anggota gerak depan dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Kulit marmut terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak (Brotowidjoyo, 1990). Mamalia dibedakan atas caput, truncus dan cauda. Caput dihubungkan dengan truncus oleh leher, rongga thoraic dan carvum pericardi. Skeleton humanium dapat dibagi dalam skeleton trunci, cingulum membri inferioris dan skeleton membri liberi (Radiopoetro, 1990).
Cavia porcellus menurut Moment (1967) dan Djuhanda (1981) termasuk ordo rodentia yang merupakan anggota mamalia yang bagian caecumnya berkembang lebih baik dari semua mamalia yang ada dalam satu spesies, jumlahnya kira-kira mencapai tiga ribu jenis. Sistem pernafasan yaitu trachea, glottis, laring. Glotis adalah lubang masuk dari faring ke trachea. Pangkal trachea yang melebar seperti kotak dinamakan larings. Bagian ini tidak hanya untuk lewatnya udara saja, tetapi juga berguna sebagai alat suara.
Sistem pencernaan pada marmut antara lain terdiri atas oesophagus, lambung dan usus, dengan oesophagus terletak di sebelah dorsal dari trachea, melewati rongga dada kemudian menembus diafragma untuk masuk masuk ke lambung. Lambung terletak di belakang diafragma sebelah kiri rongga abdomen, usus terletak sesudah lambung, dapat dibedakan menjadi usus halus dan usus kasar, usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum yang batasnya tidak dapat dibedakan. Lambung dan duodenum dihubungkan dengan suatu lubang yang disebut pilorus yang dindingnya terdiri dari otot sfingster yang dapat membuka dan menutup, sedangkan usus kasar terdiri dari caecum, colon dan rectum, serta berakhir pada anus (Djuhanda, 1980).
Marmut termasuk mamalia, yaitu hewan yang memiliki kelenjar mamae untuk menyusui anaknya sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan. Ciri lain yang khas dari mamalia adalah tubuhnya dilindungi oleh rambut, kulit mengandung bermacam-macam kelenjar, jari kaki mempunyai cakar, kuku, dan telapak. Kaki beradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, loncat.  Marmot merupakan hewan berdarah panas (Brotowidjoyo, 1993).
Marmut (Cavia porcellus) merupakan hewan pentadactil (memiliki jari-jari yang bercakar), lengan bawah dapat pronasi dan suprinasi. Hewan ini tidak berekor dan glandula mamae untuk menyusui anaknya. Uterusnya bertipe dupleks, merupakan tipe yang paling primitif dimana bagian kanan dan kiri uterus terpisah oleh adanya vagina pada hewan betina (Radiopoetro, 1986).
Cavia porcellus memiliki sistem urogenitalia yang terdiri dari sistem urinaria dan sitem genitalia. Menurut Walter dan Sayles (1959) salah satu alat ekskresi pada mamalia adalah ginjal yang disebut metanerfos. Jumlah nefron pada mamalia sangat besar, laju metabolisme yang tinggi menghasilkan limbah yang besar. Tubulus yang menghasilkan urin mengalir ke dalam ureter yang berkembang sebagai suatu pertumbuhan dari saluran arkinefrik. Urutan evolusi ginjal adalah holonefros, opistonefros, dan metanefros. Perkembangan embrio mammalia terdapat mesoderm nefrogenik (mesoderm ginjal) timbul di sebelah dorsal sepanjang embrio, tetapi hanya bagian paling belakang yang berkembang menjadi metanefros dewasa.
Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus, cauda epididymis. Ductus deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari kantung urine dan bermuara pada ductus spermatikus yang terdapat pada batang penis. Sepasang papilla mammae (muara glandula mammae) terletak diantara kaki belakangnya, namun pada hewan jantan, glandula mammae tidak melakukan sekresi. Bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis. Sistem genitalia betina pada marmut tersusun atas beberapa organ, yaitu ovarium, tuba falopi, oviduct (Weichert, 1984).
Sistem urinaria dibangun oleh sepasang ginjal yang berwarna merah tua, berbentuk seperti kacang, terletak di daerah lumbar sebelah dorsal dari rongga abdomen dan saluran pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal berupa hilus tempat keluarnya urine. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter saluran yang bermuara pada vesica urinaria aitu tempat penampungan urine sementara yang  akhirnya urin akan dikeluarkan melalui uretra (ductus urospermatika) keluar tubuh (Jasin, 1989).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Marmut (Cavia porcellus) merupakan salah satu contoh dari mamalia. Marmut   termasuk ke dalam subclass Theria, infraclass Eutheria dan ordo Rodentia.
2. Tubuh marmut umumnya dapat dibedakan dengan nyata, yaitu caput (kepala), cerviks (leher), truncus (badan), extrimitas (anggota badan) dan cauda (ekor).
3. Marmut merupakan hewan yang mempunyai ciri-ciri: tubahnya diselimuti rambut, memiliki banyak kelenjar, mempunyai glandula mamae dan mempunyai daun telinga.
4. Sistem pernafasan marmut terdiri dari trakhea, bronchus, bronchioli dan paru-paru.
5. Sistem genitalia marmut jantan merupakan sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak di rongga perut dan sistem genitalia betina pada marmut tersusun atas beberapa organ, yaitu ovarium, tuba falopi, oviduct.

DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
__________, D.M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1981. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Armico, Bandung.
Jasin, M. 1989. Sistematika Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas. Sinar Wijaya, Surabaya.
Moment, Graiduner B. 1967. General Zoology. Houghton Mifflin Company, Boston, USA.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
__________. 1990. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Storer and Usinger. 1961. Element of Zoology. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Walter, H. E, Leonard P. Sayles. 1959. Biology of the Vertebrates. The Macmilan Company, New York.
Weichert, C. K. 1984. Element of Chordata Anatomy 4th  Edition. Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.






[ Read More.. ]

SPH #4 : ANATOMI BURUNG MERPATI (Columba domestica)


I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan memiliki bulu sebagai penutup badannya. Warna bulu dari beberapa aves merupakan daya tarik tersendiri bagi manusia. Kata aves berasal dari Kata Latin dipakai sebagai nama khas, sedangkan ornis dari kata Yunani dipakai dalam ornithology berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di seluruh tubuhnya dan sayap yang berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Selain itu, aves mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan, bertengger maupun berenang (dengan selaput interdigital), tidak bergigi dan mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya. Beberapa aves mempunyai daya tarik tersendiri bagi manusia. Banyak diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dibudidayakan untuk diambil telur, daging, keindahan bulu dan suaranya.
Columba domestica merupakan hewan berdarah panas dan mempunyai ciri khas yaitu tubuhnya terbungkus oleh bulu yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuhnya. Berkembang biak dengan ovipar atau bertelur. Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Ketika burung ini dilepas maka ia akan kembali ke sarangnya.
Klasifikasi burung merpati (Columba domestica) menurut Jasin (1989) adalah sebagai berikut :

Burung merpati digunakan dalam praktikum kali ini karena mudah didapat, baik morfologi maupun anatominya mudah diamati dan cukup lengkap untuk mewakili kelas aves. Burung merpati mudah didapat dan banyak dipelihara manusia, sebab manfaatnya sangat banyak dan bisa sebagai bahan makanan.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk melihat Anatomi Burung Merpati (Columba Domestica).

II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bak preparat, pisau (cutter),gunting, pinset dan jarum.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah seekor burung merpati (Columba domestica), air kran dan eter.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Merpati disembelih terlebih dahulu, sebelum melakukan percobaan.
2. Bulu daerah leher, dada, dan perut dibasahi, kemudian bulu-bulu tersebut dicabuti.
3. Kulit yang membalut daerah dada, leher, dan tembolok dilepas.
4. Pembedahan dilanjutkan sepanjang carina sterni dengan menggunakan cutter. Musculus pectoralis mayor dikuak sejauh mungkin. Bagian-bagiannya diamati.
5. Bagian perut dibedah untuk mengamati organ dalamnya dimulai dari depan kloaka menuju ke depan ke kanan dan kiri bagian sternum dengan memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang fruktura.
6. Organ yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai keterangan pada gambar yang ada pada diktat praktikum.


III. PEMBAHASAN
Burung merpati (Columba domestica) merupakan salah satu anggota dari clasis aves. Tubuh burung dibedakan berdasarkan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor). Sepasang ekstrimitas anterior merupakan ale (sayap) yang terlipat seperti huruf  Z pada tubuh ketika tidak terbang. Ekstrimitas posterior berupa kaki , otot daging, paha kuat, sedangkan pada bagian bawah bersisik dan bercakar (Jasin, 1989).
Aves merupakan class yang paling homogen dikenali dari semua class tetrapoda. Burung tidak begitu banyak berbeda dengan reptilia yang menjadi nenek moyangnya. Bulu merupakan struktur khusus yang penting untuk burung sebagai penerbang dan hanya kelas inilah dalam subphylum vertebrata yang mencapai keberhasilan menggabungkan sifat bipedal dengan terbang (Hildebran, 1995).
Berdasarkan letaknya bulu terbagi menjadi 3 macam yaitu remiges, tetrices dan retrices. Remiges berupa bulu besar yang terdapat pada sayap, bentuknya simetris, digunakan untuk terbang. Tectrices berupa bulu-bulu kecil yang menutupi tubuh burung. Retrices adalah bulu-bulu ekor, bentuknya simetris, digunakan sebagai kemudi saat terbang. Berdasarkan strukturnya, bulu bulu terbagi menjadi 3 macam, yaitu : plumae, plumulae dan filoplumae. Plumae terdiri dari calamus, rachis, rami, radii dan radioli. Plumulae mempunyai calamus yang pendek, tidak mempunyai vexillum karena terdapat radioli. Filoplumae hanya terdiri calamus dan rami saja (Djuhanda, 1980).
Sistem pencernaan pada aves terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari paruh (rostum), cavum oris, farink, kerongkongan, tembolok, lambung kelenjar, lambung pengunyah, jejunum, ileum, rectum dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar pencernaan ludah, hati, dan pankreas. Sistem pernafasan terdiri dari saluran pernafasan dan paru-paru. Paru-paru burung ini mempunyai kantung udara (sakus pneumatikus) yang berguna membantu pernafasan saat terbang (Djuhanda, 1984).
Sistem respirasi pada Columba domestica terdiri atas trachea yang melanjut sebagai dua buah bronchi pada siring (alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara (ada sembilan buah, empat berpasangan dan satu median). Fase aktif respirasi itu adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi (Brotowijaya, 1990).
Sistem pencernaan pada burung merpati terdiri dari oesophagus, proventriculus, duodenum, jejunum, ileum, rectum serta kloaka. Sistem urogenitalnya tersusun atas organ-organ seperti ginjal, saluran uerter yang bermuara pada kloaka. Saluran pencernaan dari lambung merpati meliputi oeshophagus yang dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi tembolok, sedangkan lambung terbagi menjadi dua, lambung kelenjar dan lambung otot. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan dibagian proksimal dan distalnya terdapat pankreas, ductus pankreatisi bermuara ke duodenum bagian distal yang membawa empedu dari hati langsung ke dalam saluran pencernaan. Jejunum dan ileum yaitu usus halus sesudah duodenum, batas bagian-bagiannya tidak nyata, rectum adalah usus kasar yang bermuara di kloaka (Walter and Sayles, 1959).
Pergerakan tubuh Columba domestica terutama digerakan oleh kaki dan sayap, juga dibantu oleh bagian ekor. Pars vertebralis terdapat suatu tonjolan cauda dorsal yang berguna untuk memperkuat dinding dada yang disebut procesus. Sistem otot pada tubuh Columba domestica pada dasarnya kaku, otot semata-mata tersusun atas otot kepala, otot leher dan otot anggota badan. Mesin untuk terbang merupakan otot yang besar yang terdapat di daerah dada. Musculus coraco branchialis adalah otot penggerak sayapnya (Moment, 1967).
Cakar disusun oleh kepung cakar atau unguis yang konveks, terletak di bagian dorsal yang runcing pada ujungnya. Bagian ventral terdapat sol cakar atau sub unguis, bentuknya konkaf dan tidak sekeras unguis. Kedua struktur ini meliputi kedua tulang ruas jari yang terujung (distal phalax). Baik unguis maupun sub unguis di bagian ujung akarnya menjadi makin tebal. Bagian basal dari cakar dibatasi oleh oleh lipatan kulit berbentuk cincin, dengan demikian bagian basal yang lemah ini menjadi terlindung (Djuhanda, 1982).
Saluran keluar pada merpati mengarah ke posterior yaitu ureter yang bermuara ke vesica urinaria. Langkah pertama dalam pembentukan urin adalah penyaringan atau filtrasi. Sisa-sisa dan materi lain dibawa ke aliran darah oleh arteria renalis dan arteriola ke glomerulus. Langkah kedua yaitu penghisapan differensial oleh sel-sel tubulus convoluted proximal dan loop of handle serta tubulus convoluted distalis (Menurut Jasin, 1989).
Menurut Storer dan Usinger (1961) dan Tracy and Robert (1957), baik hewan betina maupun jantan tidak mempunyai alat kopulasi. Sistem genitalia pada burung merpati betina terdapat ovarium, tuba falopi, dan oviduct. Ovum burung kaya akan kuning telur sehingga bila dibandingkan dengan lambungnya maka bagian lambung ini hanya merupakan porsi yang tak berarti. Alat genitalia pada burung merpati jantan terdiri dari sepasang testis dan ductus differens yang menyalurkan sperma ke kloaka, organ kelamin betina terdiri dari ovarium, osteum tuba dan saluran oviduct.

IV. KESIMPULAN
        Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Burung merpati (Columba domestica) termasuk ke dalam kelas aves, tubuh ditutupi oleh bulu (asal epidermis) kecuali paruh dan kakinya.
2. Tubuh burung dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), cauda (ekor). Alat gerak utama pada burung dijalankan oleh sayap dan kaki. Sepasang ekstrimitas anterior merupakan sayap yang terlihat seperti huruf Z, sedangkan ekstrimitas posterior berupa kaki yang memiliki daging pada paha yang kuat.
3. Sistem pencernaan pada burung terdiri dari oesophagus, proventriculus, duodenum, jejunum, ileum, rectum serta kloaka.
4. Sistem urogenitalianya tersusun atas organ-organ seperti ginjal, saluran ureter yang bermuara pada kloaka. Alat genitalia pada burung merpati jantan terdiri dari sepasang testis dan sistem genitalia pada burung merpati betina terdapat ovarium, tuba falopi, dan oviduct.

DAFTAR REFERENSI
Brotowijoyo. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1980. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.
_______. 1984. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Armico, Bandung.
Hildebran, M. 1995. Analyst Of Vertebratae Stucture.John Wiley dan Sons Inc,New York.
Jasin, M. 1989. Sistematika Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas. Sinar Wijaya, Surabaya.
Moment, Gairduer B. 1967. General Zoology. Houghton Mifflin Company, Boston USA.
Storer and Usinger. 1961. Element of Zoology. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Tracy and Robert. 1957. General Zoology. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Walter, H. E, Leonard P. Sayles. 1959. Biology of the Vertebrates. The Macmilan Company, New York.

[ Read More.. ]