Rabu, 24 Oktober 2012

Coretan #4 : Andai Aku Menjadi Ketua KPK


by google
     Menjadi anggota bahkan ketua KPK mempunyai kebanggaan tersendiri. Namun apa daya jika jabatan menjadi anggota bahkan ketua KPK hanya asal jabatan saja?. Tanpa adanya tindakan yang dapat merubah negara kita menjadi bebas korupsi, atau istilah jawanya itu ‘JARKONI’ yaitu ngajar tapi ora dilakoni (memberi contoh tapi tidak bisa menjadi contoh). Hanya duduk manis di gedung KPK dengan desiran AC dan kursi empuk?. Jangan sampai kita menjadi generasi penerus bangsa yang seperti itu. Beri perubahan sejak sekarang!.

     Semua orang pasti sudah tidak asing lagi dengan KPK, mereka merupakan komisi pemberantas korupsi sesuai dengan kepanjangannya. Sudah dipastikan bahwa korupsi akan tercabut sampai akar – akarnya oleh mereka. Namun sudah pantaskah KPK menjadi pembela negara yang bebas dari korupsi?. Namun mengapa negara kita hingga detik ini masih menyandang negara dengan peringkat tinggi angka tindakan korupsinya?. Disinilah saya akan bertindak dengan pikiran saya jika saya kelak menjadi ketua KPK.
    Menjadi ketua KPK sangatlah sulit, jangankan ketua KPK menjadi ketua kelas di sekolah saja susah minta ampun. Namun setiap pemimpin atau ketua memang harus mempunyai tanggung jawab atas apa yang dia perintahkan dan yang dia canangkan dalam perubahan segala aspek untuk kedepannya. Jika saya kelak menjadi ketua KPK maka yang saya lakukan :
Memantapkan diri dengan perubahan
Diberi tanggung jawab menjadi ketua KPK adalah salah satu awal dasar perubahan dari hal negatif menjadi positif. Contohnya dengan kita menjadi pahlawan melawan korupsi, maka dari segi apapun kita harus menjadi pahlawan tak kenal musuh. Wajib tegas bahwa korupsi yang saya lawan tidak akan menjadi sahabat bahkan keluarga saya. Lebih mempelajari kasus – kasus kecil korupsi dalam kehidupan sehari – hari sehingga saya tidak akan melakukan korupsi sekecil apapun. Dan lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa agar kita sadar korupsi itu berdosa. Mencoba menjadi orang yang benar – benar jujur walaupun merugikan kita. Berani mati untuk menjauhi korupsi.
Mulai mendekorasi tatanan anggota KPK
Setelah menjadi diri sendiri yang bisa menjauhi korupsi, mulailah juga dengan mengatur kembali anggota – anggotanya. Dengan mengukuhkan hubungan yang solid tanpa adanya hal yang disembunyikan, karena tanpa adanya kejujuran adalah awal dari tindak korupsi. Lebih menekankan sikap tegas bahwa yang kita tantang adalah korupsi, maka seharusnya bekerja sama menyelesaikan itu. Dengan adanya kerja sama dan solidaritas maka terciptalah tatanan anggota KPK yang benar – benar ditakuti sehingga tidak ada kasus sogok – menyogok dalam KPK.
Membuat pengaduan korupsi lebih gampang
Dengan membuat pengaduan korupsi lebih gampang maka akan tercipta negara yang benar – benar jujur. Membuat fasilitas pengaduan korupsi dengan cara lebih efektif dan efisien sehingga para rakyat dari golongan manapun bisa mengadu dengan sebebas – bebasnya tanpa ada tekanan dan kesulitan ketika ingin mengadu tindakan korupsi.
Memberi pelayanan spesial kepada pengadu korupsi
Seperti istilahnya adalah sayembara. Siapa yang mengadu, dia yang menang. Lebih menekankan iming – iming hadiah atau penghargaan sehingga rakyat tidak akan sungkan untuk melapor tindak korupsi. Serta dengan memberi keamanan yang amat sangat menjadikan suatu kenyamanan untuk si pelapor.
Mengadakan posko atau tim KPK di setiap daerah
KPK seharusnya tidak hanya mengungkit tindakan korupsi tingkat pemerintah saja. Sudah mulai lebih teliti terhadap akar dan dasar awal mula korupsi yaitu di daerah – daerah. Karena sampai saat ini belum diketahui apakah ditingkat daerah terdapat korupsi tersembunyi. Karena dengan adanya korupsi tingkat daerah saja bisa merugikan para warga disana. Dan juga pastinya uang korupsi itu adalah sebagian uang negara yang tidak terealisasikan dengan baik. Maka perlu dan sangat untuk membuat posko atau tim KPK di semua setiap daerah agar kita bisa terjauhi dari korupsi sampai ke akar – akarnya. Dengan adanya posko dan tim KPK disetiap daerah juga menjadi lebih leluasa para pelapor untuk melapor tindakan korupsi.
Meninggikan kinerja serta teknologi alat KPK
Tindakan korupsi bukanlah hal yang baru dalam masyarakat, bahkan semenjak pemerintahan Presiden Soekarno saja sudah marak terjadi. Sehingga dalam tiap periode pasti sudah banyak akal – akalan para koruptor agar tidak ketahuan. Disinilah kita harus meningkatkan kinerja dengan baik agar tidak sampe kebobolan. Kalau perlu buatlah alat yang bisa benar-benar mendeteksi tindakan korupsi sampai akar – akarnya.
Menjadikan KPK lebih tegas dan lebih ditakuti serta dibela berbagai pihak
Bisa digambarkan KPK harus bisa ditakuti melebihi geng motor atau preman – preman sehingga dengan adanya sikap ditakuti maka tidak akan berani para calon koruptor melakukan tidakannya. Namun, KPK juga mempunyai sikap ramah tamah kepada rakyat dan berbagai pihak agar bisa bekerja sama untuk menuntaskan tindakan korupsi itu sendiri. Bisa dikatakan KPK harus berani bermuka dua dalam artian bagai iblis kepada koruptor dan bagai malaikat kepada rakyat dan pihak lain.
Menuntut agar jatuhan vonis para koruptor adalah seberat – beratnya
Sama sekali tidak memandang jabatan atau status keluarga. Yang namanya koruptor itu pemakan duit negara dan tidak ada untungnya untuk terus dibela. Lebih bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak terjadi tahanan ringan karena faktor sogokan,faktor kerabat dekat atau apapun itu karena ini demi menjaga negara kita dari koruptor – koruptor selanjutnya. Jika tidak ada jatuhan vonis berat bisa – bisa para calon koruptor lainnya mengentengkan dan terus melakukan korupsinya. Kalau perlu jatuhan vonis koruptor disamakan dengan hukum diarab, yaitu digantung. Ingat, bahwa besarnya suatu jatuhan vonis akan menciutkan nyali para koruptor lainnya.
Mengadakan penyuluhan tentang korupsi
Ini adalah hal yang sering dilakukan oleh lembaga – lembaga lain contohnya peraturan lalu lintas oleh Polisi lalu lintas. Maka perlu adanya pula penyuluhan tentang korupsi itu sendiri dalam kehidupan masyaratkat. Sehingga dengan adanya penyuluhan tentang korupsi mengurangi tindakan korupsi kecil maupun besar oleh generasi penerus bangsa. Penyuluhan ini juga perlu di lakukan untuk anak-anak usia dini sehingga mereka bisa mengerti dan membiasakan hidup tanpa secuil tindakan korupsi.
       Inilah pemikiran saya jika saya menjadi ketua KPK. Bukan hanya asal ngomong saja atau janji – janji palsu namun perlu terealisasi semua demi perubahan positif untuk negara kita. Kita sebagai generasi penerus mulailah semua dengan intropeksi diri kita terlebih dahulu tidak usah terlalu jauh jika diri sendiri belum benar. Perbaiki diri bebas korupsi, dan berjuang perbaiki negara bebas korupsi.

[ Read More.. ]

SPH #2 : ANATOMI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katak merupakan salah satu anggota dari kelas Amphibia. Ampibhia berasal dari bahasa Itali (Amphibi = rangkap dan bios = hidup), karena amphibian merupakan vertebrata yang secara tipikal dapat hidup di air tawar dan didarat. Amphibi mengalami metamorfosis menjadi berudu (aquatis dan bernafas dengan insang) ke katak dewasa (amphibious dan bernafas dengan paru-paru). Pernafasannya dengan insang, paru-paru, dan kulit/garis mulut (rima oris).
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini mempunyai hidup didalam perairan yang dalam dan menggunakan sebagian besar waktunya didarat. Tubuh katak memperlihatkan fisiologis yang serupa dengan anggota-anggota lain dalam ordo Anura, dalam perkembanganya ekor memendek bahkan menjadi tidak berekor.
by Google
Klasifikasi dari Katak Sawah adalah sebagai berikut :
Kerajaan         : Animalia
Filum : Chordata
Subphylum         : Vertebrata
Kelas         : Amphibia
Ordo         : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies         : Fejervarya cancrivora.
Beberapa pertimbangan memungkinkan  pemilihan katak, untuk mewakili kelas amphibi. Pratikum kali ini memakai Fejervarya cancrivora (katak sawah) karena selain mudah diperoleh dan ukurannya cukup besar, ia menunjukan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi termasuk mamalia. Susunan tubuhnya mudah dipelajari, cara hidupnya sederhana dan mudah diamati.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk melihat Anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora).


II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk. Bahan yang digunakan adalah seekor Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) dan larutan eter.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Seekor katak yang telah disiapkan dibius dengan larutan eter lalu didiamkan beberapa menit sampai katak terbius.
2.Alat-alat disiapkan dan katak diletakkan dalam papan preparat.
3.Rongga mulut (Cavum oris) diamati dengan menggunting sudut mulutnya agar bagian-bagiannya terlihat lebih jelas.
4.Sistem muscularnya diamati.
5.Kulit digunting dari medio posterior kearah anterior kemudian seluruh ventral dilepaskan.
6.Dinding perut sebelah  medio posterior dengan  hati-hati dijepit  dengan pinset.
7.Lapisan otot sebelah kiri dan kanan linea alba digunting dengan hati-hati untuk menjaga kemungkinan terpotongnya vena abdominalis yang berada dibawah linea alba.
8.Pengguntingan dilakukan dari arah anterior sampai dekat xipristernum.
9.Arah pemotongan dilanjutkan ke kiri dan ke kanan sampai pangkal lengan atas.
10.Otot-otot pada sternum dibuang dan tulang-tulang yang menyusun gelang pectoral dipotong, sehingga sternum dapat dihilangkan.
11.Organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan diamati tanpa merubah letaknya.
12.Organ-organ yang menyusun system pencernaan dapat dilihat lebih jelas dengan jalan pemotongan dari pangkal oesophagus smpai ujung rectum.
13.Selaput yang menahan organ dengan dinding tubuh sebelah dorsal (selaput mesenterium) digunting dan dibiarkan. Selaput mesenterium ,melekat pada gastrum dan duodenum karena selaput ini merupakan tempat melekatnya kelenjar pancreas.
14.Sistem urogenitalia yang terdapat di bawah intestinum dibiarkan pada tempatnya.
15.Organ-organ yang  menyusun sistem  pencernaan diamati  dan hasilnya dicatat. 

B. Pembahasan
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) masuk dalam ordo Anura, habitatnya ada dipersawahan, hewan ini pandai melompat dan mempunyai suara yang khas. Saat dewasa mereka tidak mempunyai ekor dan bernafas dengan paru-paru. Kulit katak sawah pada umunya selalu basah karena adanya sekresi kelenjar kulit (kelenjar mucus) yang menghasilkan lendir (Djuhanda, 1984).
Tubuh katak menunjukan keadaan yang sempurna dengan anggota-anggota lainnya hewan yang berenang dalam air, batas antar caput dan truncus tidak jelas. Caput berujung tumpul pada moncong (rostrum) yang menonjol dan risma orris terminal, dan pada dataran dorsal moncongnya terdapat sepasang nares (lubang hidung yang kecil). Truncus pendek, kompak, memipih pada bagian setengah distal yaitu pada daerah yang ditempati vertebrae sakralis, lubang kloaka, terletak terminal (Radiopoetra, 1977).
Hasil pengamatan anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) di dapatkan hasil bahwa, katak terdiri dari kepala (caput) dan badan (truncus). Hal itu sesuai dengan pernyataan Storer-Usinger (1961), bahwa katak memiliki kepala yang lebar dan langsung berhubungan dengan badan. Katak tidak memilki leher maupun ekor, serta kulit katak biasanya licin dan berminyak.
Menurut Walter dan Syles (1959), anura mempunyai paru-paru pendek tapi besar, bagian yang dalamnya merupakan bagian terbuka, trachea yang pendek terbagi menjadi dua brokus yang pendek, masing-masing bronkus tersebut menuju ke setiap paru-paru. Lubang dari trachea ke faring dinamakan glottis, merupakan celah longitudinal yang dibatasi tulang rawan.
Sistem pencernaan mulai dari oesophagus (berdinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung. Usus terdiri dari intestinum (kecil, panjang, dan berkelok-kelok), rektum yang langsung bersatu dengan kloaka. Baik hati maupun pankreas mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum. Ada kandung empedu. Baik lambung maupun intestinum pada potongan melintang terdiri dari 4 lapisan, yaitu : peritonium, lapisan otot, submucosa, dan mucosa. Alat pencernaan katak yang tampak dari luar adalah cavum oris, dibatasi mazilara pada bagian sebelah atas sedangkan pada bagian sebelah bawah dibatasi oleh mandibula dan osyoid, dilanjutkan pharink, oesophagus, ventriculus dan intestine yang terletak dalam rongga tubuh. Kloaka untuk mengeluarkan sisa pencernaan, sekret, dan untuk reproduksi (Brotowidjoyo, 1994).
Sistem ekskresi pada katak terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan papilla urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang, melekat pada dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren, ia berjalan ke caudal berakhir pada papilla urogenitalis yang bermuara pada cloaca. Sebuah tonjolan keluar berupa kantung dua lobi berdinding tipis terdapat pada dinding cloaca yang meluas ke dalam cavum abdominalis. Kantung ini berguna untuk menyimpan urine dan ia disebut vesica urinaria (Radiopoetro, 1977).
Hampir semua amphibia berkembangbiak dalam air dan bersifat ovipar, fertilisasi terjadi di luar dan telur berkembang menjadi larva yang dapat berdiri sendiri. Fertilisasi katak termasuk fertilisasi eksternal. Katak sawah betina memiliki tubuh yang lebih besar dari kodok jantan. Katak menghasilkan ribuan atau ratusan telur yang memenuhi sebagian besar rongga tubuh (Ville,1988)
Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduct merupakan suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduct mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduct tidak mengalami spesifikasi. Katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang bunting namun tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya (Susanto,1994). 
Fejervarya cancrivora mempunyai dua pasang extrimitas yaitu extrimitas anterior dan posterior. Susunan muscullusnya berhubungan dengan kompleks dari extrimitas posterior menurut Radiopoetro (1977). Pada masa berkembang biak katak jantan dapat dikenali melalui extrimitas posterior, yaitu pada medio ventral jari pertama terdapat penebalan kulit dengan hyperpigmentasi. Penebalan berguna untuk memegang hewan betina pada waktu meletakkan telur-telurnya dalam fertilisasi (Yatim, 1990).
Tubuh katak dan juga vertebrate lainnya tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya diluar kehendak. Otot lurik yang kerjanya dalam kemauan dan otot jantung yang kerjanya diluar kemauan. Sistem otot pada katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu sistem otot pada bagian kepala, sistem otot daerah pectoral, sistem otot daerah abdomen, dan sistem otot pada extrimitas posterior. Sistem otot pada bagian kepala terdiri dari muscullus mandibularis dan muscullus submandibularis. Sistem otot pada daerah pectoral terdiri dari  muscullus pars episternalis, muscullus pars scapularis, muscullus coracoradialis, muscullus deltoideus, muscullus epicoracoid, muscullus abdominalis. Muscullus pectoralis terdiri dari tiga muscullus, yaitu muscullus coracoradialis, muscullus epicoracoid, muscullus abdominalis. Sistem otot daerah abdomen terdiri dari muscullus rectus abdominis, muscullus obliqus externus, muscullus obliqus internus. Muscullus rectus abdominis terdapat medio ventral tubuh yang ditengahnya terdapat tendo berwarna putih yang disebut linea alba dan juga terdapat inscriptio tendinae. Daerah extrimitas posterior terdapat muscullus trisep femoris, muscullus gracillis minor, muscullus gracillis mayor, muscullus sartorius, muscullus adductor magnus. Bagian crus dibangun oleh muscullus gastronimeus, muscullus tibialis anticus longus, muscullus tibialis anticus brevis, muscullus tibialis posticus, dan juga terdapat otot tendon dan tulang tibio fibula (Moment,1967).


IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.Katak (Fejervarya cancrivora) merupakan salah satu anggota dari classic Amphibia.
2.Tubuh katak terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), extrimitas anterior (kaki depan), extrimitas posterior (kaki belakang). Caput katak berujung tumpul, truncus pada katak pendek dan bagian-bagiannya dapat dikenal karena adanya persendian. Digiti masing-masing 4 buah dan extrimitas posterior kebih besar dan digiti masing-masing 5 buah.
3.Sistem respirasi pada katak terdiri dari paru-paru, laring, dan glottis. Pertukaran gasnya terdapat di kulit dan paru-paru.
4.Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut, faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon dan kloaka.
5.Sistem ekskresi pada katak terdiri atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan papilla urogenitalis.
6.Sistem genitalia pada katak terdiri atas sepasang ovarium dan oviduk.


DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1984. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Armico, Bandung.

Moment, G.B. 1967. General Zoologi. Bentley Glass, Boston.
Radiopoetra. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Storer, T. I. and R. L. Usinger. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw Hill BookCompany, London.

Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ville. C. A. 1988. Zoology Umum edisi 6. Erlangga, Jakarta.

Walter and Syles. 1959. Biology of The Vertebrates. The Mac Millan Company, USA.

Yatim, W. 1990. Biologi Modern: Histologi. Tarsito, Bandung.

[ Read More.. ]

Selasa, 23 Oktober 2012

SPH #1 : ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DAN IKAN LELE (Clarias batrachus)


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ kompleks dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan merupakan vertebrata akuatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas dengan alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang atau gelembung udara). Walaupun Ikan umumnya bernafas dengan insang, tetapi ada juga yang dilengkapi dengan labirin yang kerjanya seperti paru-paru. Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) adalah salah satu hewan vertebrata atau ikan yang hidup di air tawar dan bernafas dengan insang. Bentuk badan mirip Ikan Mas, tetapi badannya lebih memanjang dan pipih dengan sirip punggung relative lebih panjang. Ikan Nilem merupakan jenis ikan herbivore yang makanannya terdiri atas lumut dan tumbuhan pelekat.
Dalam praktikum ini juga menggunakan preparat jenis ikan air tawar yaitu Ikan Lele (Clarias batrachus). Ikan Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih dan memanjang, serta memiliki “kumis” yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian tubuhnya. Seringkali Ikan Lele ditaruh ditempat-tempat yang tercemar karena biasa menghilangkan kotoran-kotoran. Ikan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali Ikan Lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah yang tergenang air.
Ikan Nilem dan Ikan Lele dipilih sebagai preparat pratikum yang digunakan dalam pratikum ini untuk mewakili species dari class pisces karena cara hidupnya sederhana, harganya murah dan mudah diperoleh. Selain itu ukurannya cukup besar, menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tingkat tinggi, serta letak organ-organnya mudah untuk dipelajari.




B. Tujuan
Tujuan dari pratikum Struktur dan Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk melihat Anatomi Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus).


II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah dan jarum penusuk. Bahan yang digunakan adalah Ikan Lele (Clarias batrachus), Ikan Nilem (Osteochius hasselti), air kran, kloroform, formalin, dan tissue.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Ikan keduanya dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
2.Ikan keduanya digunting mulai dari lubang dubur ke arah anterior sepanjang medioventral tubuh kearah depan sampai dekat sirip dada.
3.Bagian dalam tubuh ikan diamati dengan dikuak kesebelah atas menggunakan bantuan pinset dan pengguntingan dilanjutkan ke bagian anterior sampai tutup insang.
4.Bagian kepala digunting mulai dari dorsal tutup insang dan ventral tutup insang sampai ke ujung moncong (rima oris).
5.Jantung terdapat disebelah depan sirip dada,karena itu pengguntingan dilakukan dengan hati-hati.
6.Bagian-bagian viscera (alat-alat dalam) diamati secara langsung, tanpa diubah-ubah letaknya.
7.Pengamatan viscera diurai dilakukan dengan merentangkan saluran pencernaan secara hati-hati,mulai dari bagian intestine ditarik keluar.
8.  Pengamatan struktur otot, dilakukan dengan membuat potongan melintang dari bagian ekor kemudian diamati bagian-bagiannya.

B.  Pembahasan
Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) adalah jenis ikan yang hidup diair tawar. Ikan Nilem hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras seperti danau atau sungai. Ikan ini mudah berkembang biak menurut aturan air mengalir. Ikan ini memakan jasad yang menempel pada tanaman air (Setiadi, 2011).
Sistem pencernaan pada ikan di mulai dari oesophagus yang sangat pendek, karena hampir rongga mulut langsung menuju ke lambung atau intestine ventriculus melengkung seperti huruf  U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Pada bangsa ikan sangat berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi, vesca felea dari hepar menuju ductus hepaicus kemudian bersatu dengan ductus cyticus menjadi ductus choledocus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus hasselti mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas (Radiopoetro, 1989).
Insang sebagai alat pernafasan bagi Osteochilus hasselti tiap bilahnya terdiri atas lembaran filamen. Tiap filamen tersusun atas banyak plant transversal yang dibungkus oleh lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler yang berada diantara afferent branchialis dan efferent branchialis (lengkung insang) dan pada perbatasannya terdapat sisir duri yang berfungsi menahan makanan dan benda-benda keras lain melewati celah insang pada saat pernafasan (Jasin, 1989).
Ikan jantan dan ikan betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya. Induk betina yang sudah matang telurnya dicirikan dengan perut yang relatif besar dan lunak bila diraba (Sumantadinata, 1981).
Ikan nilem memiliki organa urop cetica yang terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Ureter merupakan saluran keluar dari ren (ginjal). Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus umgenibilis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis. Alat ekskresi ikan nilem berupa sepasang ginjal yang berwarna kemerah-merahan terletak diantara gelembung udara depan dan belakang. Ginjal ini dilengkapi dengan saluran urine yang muaranya menyatu dengan muara kelaminnya dan disebut dengan saluran urogenitalia (Huet, 1971).
Hasil pengamatan anatomi ikan nilem (Osteochius hasselti) didiapatkan hasil bahwa pada tubuh ikan nilem terdapat kepala yaitu mulai dari moncong sampai dengan batas tutup insang, badan ikan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus, sedangka ekor  dimulai dari belakang anus sampai dengan bagian ujung sirip ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Brotowidjoyo, 1990) yang menyatakan bahwa tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).
Ikan lele (Clarias batrachus) merupakan sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele juga bisa hidup pada air yang tercemar. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Ikan lele pada siang hari berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap (Manter, 1989).
Sistem pencernaan dari ikan lele terdiri atas mulut, lambung, usus, dan dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan lele panjang karena termasuk ikan omnivora. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan terdiri dari rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Farink terdapat insang di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca yang berfungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati besar di dalam rongga tubuh dengan kantung empedu dan saluran ke intestine serta pankreasnya tidak jelas.
Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada di belakang bibir atas. Lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada dibelakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbinal yang bebas. Sirip ikan lele membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil atau taji (Kodri,2004).
Clarias batrachus memiliki alat pernafasan tambahan berupa arborecent. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhendar (2010), yang menyatakan bahwa alat pernafasan pada ikan lele adalah insang dan arborecent sebagai alat pernafasan tambahan yang terletak di dalam ruang sebelah atas insang yang merupakan membran berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Setiap filamen terdiri atas lamela yang berfungsi untuk tempat pertukaran gas. Arborecent berbentuk seperti rimbunan dedaunan berwarna kemerahan yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen langsung dari udara, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen yang minimum karena mempunyai arborecent. Oleh karena itu, jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Ikan lele betina dan jantan dapat dibedakan dengan mudah terutama ikan lele yang sudah matang atau dewasa. Tanda-tanda jenis kelamin ikan lele betina adalah alat kelaminya berbentuk bulat telur, terletak dekat ubang dubur, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Ikan lele jantan alat kelaminya berbentuk meruncing, terletak di dekat lubang dubur, gonad ikan lele jantan memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya (Simanjuntak,1989).
Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Gonad ikan lele betina berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Organ – organ lainnya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus (Jasin, 1989).
Hasil pengamatan ikan lele didapatkan hasil bahwa tubuh lele (Clarias batrachus) terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Lele mempunyai bentuk kepala yang menggepeng (depress). Di bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent), yang memiliki banyak kapiler-kepiler darah. Hal ini sesuai dengan penyataan Simanjuntak (1989), yang menyatakan bahwa pada organ arborecent bentuknya seperti sebatang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.Tubuh Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda).
2.Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) merupakan hewan air, termasuk Phylum : Chordate, Subphylum : Vertebrata, Class : Pisces, Ordo : Ostariophysi, Family : Cyprinidae, Spesies : Osteochillus hasselti.
3.Sistem pencernaan pada Ikan Nilem terdiri atas mulut, pharynx, oesophagus, ventriculus, dan intestinum yang bermuara di kloaka. Sistem pencernaan ikan Nilem terdiri dari usus (intestin) yang berupa saluran yang berliku-liku dan bermuara pada anus.
4.Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) mempunyai lima jenis sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (abdominal fin), sirip dubur (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).
5.Ikan Lele (Clarias batrachus) termasuk Phylum : Chordata, Subphylum : Vertebrata, Class : Pisces, Ordo : Ostariophysi, Subordo : Siluroidea , Famili : Clariidae , Genus : Clarias, Spesies : Clarias batrachus
6.Tubuh Ikan Lele terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Tubuhnya tidak terdapat sisik.
7.Sistem respirasi Ikan Lele (Clarias batrachus) yaitu insang dan terdapat alat pernapasan tambahan yaitu arborecent.

DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga,  Jakarta.

Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultiation of Fish. Fishing News Book Ltd, England.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas
Cetakan ketiga. Sinar Wijaya, Surabaya.

Kodri,Ghufar.H. 2004. Budidaya Lele Keli. PT.Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, Jakarta.

Manter, M. W 1989.Introduction to Zoology.Harper, New York.

Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Setiadi. 2011.Anatomi Ikan Nilem (Osteochillus hasselti).http://aepcute .blogspot.com /2011/02/anatomi-ikan-nilem-osteochillus.html. Diakses tanggal 3 Mei.

Simanjuntak, H. 1989. Pembudidayaan Ikan Lele (lokal dan dumbo). Bhratara. Jakarta.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta.

Storer, Tracy and Usinger, R. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw Hill Book Company, London.

Suhendar, Endar. 2011. Anatomi Ikan Lele (Clarias batrachus). Diakses tanggal 3 Mei.






[ Read More.. ]